Kamis, 03 Januari 2013

Belajar bersikap santun


Akhir-akhir ini di media kita sangat sering mendengar berita tentang kekerasan, perlawanan, tindakan anarkis, aksi yang merusak, demonstrasi yang merugikan pihak lain dsb. Kejadian-kejadian seperti ini sangat sering menghiasi layar kaca televisi kita, media-media cetak dan elektronik. Seakan semua menjadi hal yang biasa terjadi. Dan tak jarang hal-hal yang dipertontonkan tersebut menjadi inspirasi bagi sekelompok orang yang merasa dirugikan untuk mengikuti aksi yang sama di daerah yang lain di Indonesia.

Pagi ini kita mendengar aksi kekerasan yang terjadi di negeri kita tercinta tentang sengketa tanah yang berujung bentrok, demonstrasi mobil-mobil dinas pemerintah, kekerasan suporter bola, aksi protes minimarket yang menjamur, geng motor yang sangat meresahkan warga dan banyak lagi aksi-aksi lainnya.
Jika kita mencoba untuk mencermati atas apa yang dilakukan sebenarnya tidak semua aksi itu salah ataupun buruk. Positifnya adalah aksi itu merupakan sebuah upaya untuk memberitahukan kepada khalayak bahwasannya ada sesuatu yang kurang dan harus didukung. Yang menjadi permasalahan adalah kekerasan dan merugikan pihak yang lain.

Butuh dukungan dari semua pihak agar kekerasan bisa diminimalisir dan konflik-konflik yang membuat gerah bangsa ini bisa sedikit reda. Semoga para pihak yang merasa dirugikan dapat berbesar hati dan pihak yang dianggap merugikan bisa belajar dari aksi protes orang lain. Bagi Pemerintah dapat lebih mencermati mana hal-hal yang memang perlu untuk diberikan porsi yang lebih melalui konsep keadilan. Masyarakat umum juga hendaknya tidak terprovokasi oleh kondisi yang ditampilkan. Hal ini kita lakukan agar kita bisa berfikir jernih atas semua peristiwa yang terjadi.

Tak dapat dipungkiri bahwasanya aksi yang sering terjadi dilatarbelakangi oleh suatu proses yang dinamakan demokrasi. Semua punya hak untuk bersuara, dan semua punya hak untuk berekspresi. Kita berharap bahwa proses demokrasi adalah proses yang mendewasakan bukan proses yang saling menjatuhkan dan menyakiti. Kita ambil contoh, bagi perokok semua orang bebas untuk merokok karena itu bagian dari kebebasan. Tapi di sisi lain lebih banyak lagi orang-orang yang menginginkan untuk menghirup udara bebas. Bagi warga ahmadiyah, mereka merasa memiliki hak untuk mengembangkan ajarannya dengan mendompleng dalam wadah islam dan menjadi pemeluk yang sah di Indonesia. Di sisi lain hal ini sangat melukai umat islam karena ajaran tersebut keluar dari akidah yang sah. Dan umat islam memiliki hak untuk membubarkan ajaran ahmadiyah.

Memang seperti itulah kenyataannya di negeri ini. Cukup kompleks dan beragam sebanyak keberagaman budaya dan warna yang ada di Indonesia. Pesannya singkat, kita boleh berbeda karena perbedaan itu adalah anugrah dan rahmat dari Allah swt. Tapi semoga kita tidak salah langkah dalam menyikapi perbedaan itu. Carilah sikap yang terbaik dalam menghadapi permasalahan yang ada dengan sebisa mungkin tidak mengaburkan hukum Allah swt. dan tidak menyakiti perasaan orang lain.

Jikalau hidup ini bisa indah dengan ketenangan  maka jangan memaksa diri kita untuk bersikap kasar atas sesuatu yang membuat tidak nyaman. Bagi yang merasa dirugikan sedikit bersabarlah dan terus berdoa untuk kebaikan bagi semuanya. Serta bagi yang merugikan belajarlah untuk tidak melukai perasaan orang lain.

1 komentar:

  1. pendidikan sopan santun harus kita ajarkan kepada anak2 sejak dini


    salam sukses,

    judi bola online | agen sbobet indonesia

    BalasHapus